Wednesday, May 8, 2013

Belajar Menggunakan Mesin Tetas

Sahabat Saung Ayam Hias Bogor,
Setelah sekian lama "nebeng" menetaskan telur di mesin penetasan "teman", akhirnya saya bisa memiliki mesin tetas sendiri. Ukurannya 50 cm x 40 cm, tinggi 120 cm. Menggunakan 2 buah lampu pijar 25 watt dan 40 watt yang diletakkan di kotak paling atas yang dilengkapi dengan thermostat dan blower. Dengan blower itulah udara panas dari lampu pijar ditiupkan ke ruangan dibawahnya yang berisi 3 rak telur yang disusun bertingkat.
Untuk mengatur kelembaban, di kotak paling atas dan di dasar mesin tetas diletakkan masing-masing satu bak air. Selain itu, di ruang tengah di bawah rak telur ada sebuah kotak yang dasarnya dari kawat ram halus dan diberi tutup juga dari kawat ram  halus, ,itu adalah tempat meletakkan telur 3 hari menjelang menetas, atau pada usia ke 19 hari telur berada di inkubator.
Untuk memudahkan pembalikan telur, ketiga rak telur dirangkai sedemikian rupa sehingga posisinya bisa berubah miring ke sebelah kiri  dan ke sebelah kanan 45 derajat. Pembalikan menggunakan tuas yang terletak di bagian belakang mesin tetas.

Keteledoran Pertama.
Dengan rasa percaya diri, saya mulai memasukkan telur-telur yang siap ditetaskan ke dalam rak telur, minggu pertama masuk 8 butir ke tray I, minggu kedua masuk lagi 10 butir ke tray kedua, minggu ketiga masuk lagi 9 butir ke tray ketiga, dst. suhu saya stel pada 39 derajat celsius. Kelembaban berdasar hygrometer yang saya miliki adalah 60 pada awal saya memasukan telur, karena saya anggap cukup lembab maka bak air tidak saya isi ... beberapa minggu berjalan, tidak satupun telur yang menetas ... saya masih percaya diri (atau terlalu cuek ...) sampai akhirnya saya tanya kepada seorang teman, ternyata setelah suhunya terlalu tingi. Seharusnya disetel antara 37-38 derajat C saja. Pantas telur-telur yang saya masukkan tidak menetas malah jadi "matang" kayaknya. Dan air, mutlak harus diisi. Kelembaban ideal adalah 60 - 70 %, dan itupun harus terus dikontrol. Hitung punya hitung sudah habis puluhan telur menjadi korban dari keteledoran saya ...

Mulai Ada Telur yang Menetas !!!
Hore!!! ... akhirnya, ada juga yang menetas, tapi kok sedikit ya ? Dari 10 butir hanya 2 yang menetas???  Berarti hanya 20 % ?! Dan itu terjadi beberapa kali penetasan. Itulah jeleknya mesin penetas yang berisi tiga periode telur sekaligus. Kalau yang periode kesatu gagal, maka periode kedua dan ketiganya pun biasanya ikut gagal .. Ternyata kontrol, sekali lagi kontrol harus dilakukan setiap saat, periksa suhu dan periksa kelembaban harus selalu dilakukan ... karena dalam penetasan dibutuhkan suhu dan kelembaban yang stabil.
Beberapa waktu berselang, prosentase yang menetas mulai berangsur baik ... 

Keteledoran Kedua
Keberhasilan yang belum seberapa sudah membikin saya terlalu gembira dan akhirnya terjadilah keteledoran yang kedua. Kali ini saya lupa mengontrol air di bak. Entah sudah berapa hari air di bak kering, karena begitu saya lihat, bak airnya sudah bener-bener kering. Itupun saya lihat setelah mengetahui banyak embrio yang mati di dalam telur, artinya proses inkubasi berjalan baik tapi kemudian embrio yang sudah tumbuh kekeringan sehingga berangsur-angsur mati di dalam telur. Pada waktunya menetas, hanya 2 ekor yang menetas itupun dalam kondisi lemah dan cacat kakinya ... Seperti saya katakan di atas, pada inkubator yang memuat tiga periode telur sekaligus, maka efek keteledoran ini berdampak kepada tiga periode penetasan ...

Sahabat Saung Ayam Hias Bogor, 
Ternyata kalau kita berhadapan dengan kepastian alam, kita tidak bisa main-main ... setiap keteledoran akan langsung berdampak kepada bencana. Tidak bisa dielak ... akibatnya akan langsung dirasakan. Pelajaran yang bisa diperoleh adalah : Pelajari dengan seksama teorinya sebelum memulai suatu pekerjaan; Laksanakan setiap teorinya dengan tepat; dan lakukan pengawasan terus menerus sepanjang pelaksanaannya. Maka, hasil yang memuaskan akan kita peroleh ...

No comments:

Post a Comment