Sahabat
saung ayam hias Bogor, berikut ini adalah beberapa penyebab kematian embrio
didalam telur pada umur dua minggu masa penetasan :
1. Induk terserang penyakit.
1. Induk terserang penyakit.
Beberapa penyakit pada induk dapat diturunkan kepada anak ayam. Karena itu,
pelaksanaan biosecurity termasuk vaksinasi sebaiknya dilakukan secara lengkap terhadap induk.
Memiliki indukan unggas sendiri itu lebih baik daripada membeli telur di tempat
lain yang tidak diketahui kualitas indukannya, karena kontrol penyakit dapat
dilakukan lebih selektif. Untuk menghindari penularan atau penurunan penyakit
bawaan dari induk maka anda bisa melakukan fumigasi terhadap
ruang inkubasi dengan desinfektan yang kuat seperti campuran formalin dan kalium permanganat atau jenis desinfektan kuat lainnya.
2. Formulasi pakan induk kurang benar.
Kematian embrio di dalam telur dapat juga terjadi karena pakan induk kekurangan vitamin dan mineral, sehingga metabolisme dan perkembangan embrio menjadi tidak
optimal. Untuk mengatasi hal ini, pada ransum induk perlu ditambahkan suplemen vitamin dan mineral.
3. Suhu didalam mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Suhu di ruang inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih
dingin 2°C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar
antara 36°C-39°C. Kalau terjadi penurunan suhu terlalu lama biasanya telur akan
menetas lebih lambat dari 21 hari dan kalau terjadi kenaikan suhu melebihi dari
suhu normal maka embrio akan mengalami dehidrasi (kehilangan cairan) dan akan mati.
4. Padamnya sumber pemanas.
Padamnya sumber pemanas dapat menurunkan suhu di ruang
inkubasi. Jika suhu di mesin tetas mencapai 27°C selama 1-2 jam, maka
embrio akan segera mati. Terlebih jika umur embrio masih sangat muda. Namun,
jika umur inkubasi telah mencapai 18 hari, dampak padamnya sumber pemanas tidak
akan separah dampak sewaktu masih muda. Hal ini disebabkan metabolisme masing-masing embrio telah mampu membentuk panas kolektif
secara konveksi. Namun, jumlah kematian embrio akan semakin bertambah jika sumber panas padam berkali-kali
di dalam satu siklus penetasan. Karena itu, cadangan sumber panas menjadi sangat penting,
terlebih pada lokasi usaha penetaasan yang sering terjadi pemadaman listrik.
Salah satu usaha untuk meminimalkan resiko jika terjadi pemadaman listrik
adalah dengan menggunakan mesin penetas yang memiliki elemen pemanas darurat
saat terjadi pemadaman listrik.
5. Telur didalam mesin tetas tidak diputar.
5. Telur didalam mesin tetas tidak diputar.
Telur yang tidak diputar atau dibalik karena kemalasan,
kelalaian atau matinya sumber listrik jelas akan mempengaruhi posisi embrio. Telur yang dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat
menyebabkan pelekatan pada satu sisi. Akibatya, embrio tidak akan dapat tumbuh
normal dan akhirnya mati.
6. Kandungan CO2 yang terlalu tinggi.
Aktifnya metabolisme embrio menyebabkan akumulasi CO2 di dalam ruang penetasan. Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang
terlalu banyak dapat menyebabkan DOC yang berhasil menetas menjadi lemas dan lemah. Ventilasi atau
aliran udara yang tidak baik menjadi faktor utama terjadinya penumpukan zat
asam arang ini. Pada mesin tetas sederhana, ventilasi yang buruk bisa disebabkan lubang ventilasi yang kotor atau
jumlahnya yang kurang. Karena itu, kita harus rajin membersihkan ventilasi.
7. Telur disimpan pada suhu di atas 30°C.
Telur yang berada pada ruangan bersuhu di atas 30°C, bagian
putih telurnya akan segera encer sehingga tali pengikat kuning telur mudah
putus. Apalagi, jika telur akan diangkut melalui medan yang berat (jalan
berliku-liku, jalan belum aspal atau tidak mulus, ) atau mengalami perlakuan
kasar, maka tali pengikat tersebut rentan putus akibat guncangan atau perlakuan
kasar tersebut.
8. Telur berumur lebih dari 5 hari.
Putih telur mudah encer jika setelah berumur 5 hari belum
juga dimasukkan ke dalam mesin tetas. Kalau anda membeli telur dari tempat lain
maka perlu untuk menanyakan berapa umur telur tetas tersebut. Kalau anda enggan
untuk menanyakan maka cukup memberi toleransi 2-3 hari pada telur tersebut,
artinya telur tersebut telah berapa pada peternak/pengepul telur selama 3 hari.
Sehingga maksimal waktu anda menyimpan telur tersebut di rumah anda adalah 2-3
hari.
No comments:
Post a Comment